Jumaat, 4 Jun 2010

CARA PSIKOLOGI MENARIK ANAK-ANAK FAHAM







Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada 

anak muridnya. Ia duduk menghadap anak muridnya. Di tangan kirinya ada 

kapur, di tangan kanannya ada kayu pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada

satu permainan... 


Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan 

kanan ada kayu pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka sebutlah

"Kapur!", 

jika saya angkat kayu pemadam ini, maka katalah "Pemadam!" 

Anak muridnya faham dan seterusnya menyebut dengan betul. Guru

bersilih-ganti 

mengangkat tangan kanan dan kirinya, semakin lama semakin cepat. 

Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. 

Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat 

kayu pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi,


tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk 

mengubahnya. Namun lambat laun, mereka kembali biasa dan tidak kekok

lagi. 

Selang beberapa saat, permainan berhenti. 

Guru tersenyum kepada anak muridnya. "Murid-murid, begitulah kita 

umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita 

begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, satelah musuh kita

memaksakan kepada kita dengan perbagai cara untuk menukarkan sesuatu, 


perkara yang haq telah menjadi bathil, dan sebaliknya. 


Pada mulanya agak sukar bagi 

kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan 

pelbagai cara menarik oleh mereka, lambat laun kita akan terbiasa 

dengan hal itu, seterusnya kita mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kita 

tidak pernah berhenti membolak-balik dan menukar nilai murni

akidah/hukum Islam 

dari masa ke semasa. 

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, Zina 

tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa 

rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan 

yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, 

materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya 

sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit 

menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Faham?" tanya 

Guru kepada anak muridnya. 


"Baik untuk permainan kedua..." Gurunya meneruskannya...... 

"Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda

berdiri diluar karpet. Permainannya adalah , bagaimana caranya mengambil

Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?" 

Murid-muridnya berfikir . Ada yang mencuba dengan tongkat, dan 

selainnya. 

Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil 

Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet .."Murid-murid, 

begitulah ummat Islam dengan musuhnya. .. Musuh Islam tidak akan 

memijak-mijak anda dengan terang-terangan. ..Kerana tentu anda akan 

menolaknya dengan mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam 

dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan monolak kita secara

ansur-ansur, 

sehingga kita tidak sedar. 

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang 


kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat.

Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn 

tapaknya dulu, tentu saja dinding dan peralatan akan dikeluarkan dulu, 

kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah 

dihancurkan. ..." 

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan 

menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan merusakan kita. 

Mulai dari perangai kita, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga 

meskipun kita muslim, tapi kita telah meninggalkan ajaran Islam dan 

mengikuti cara mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini 

semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang 

dijalankan oleh musuh musuh kita... " 

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak kita, cikgu?"

tanya murid- murid. 

"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang Islam, misalnya


Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi." 

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan 

sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang secara terang-terangan, 

kita akan bangkit serentak, baru mereka gerun". 

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita 


berdoa dahulu sebelum pulang..."

( uSAH BAANYAK MEMBEBEL UNTUK MENGAJAR KANAK-KANAK)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan